2009/05/24
Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
MENIMBANG-NIMBANG duet JK-Win (Jusuf Kalla-Wiranto), saya terkenang Engkong Said, pemain tanjidor Betawi di Jalan Sagu, Jakarta Selatan. Kesan yang tak hilang, si tua ini sedih karena anak-anak muda tak lagi doyan tanjidor. “Maunya dangdutan atau musik pop,” katanya.
Padahal irama tanjidor yang bertumbuh sejak masa VOC, kompeni dagang Belanda di akhir abad ke-16, sangat meriah. Tanjidor sangat wals pepeko alias tempo mars. Kala tanjidor bergema, terdengar melengking-lengking menandingi saxophone yang sesekali tiba-tiba tinggi sekali, diselai trombone yang bisa merendah parau, khas musik jazz.
Tanjidor kerap dipanggil untuk acara hajatan sunatan, kawinan atau mengarak penganten. Mengundang tanjidor harus membayar Rp 5 juta, malah bisa Rp 10 juta jika lengkap dengan gambang kromong. Dahulu, tanjidor bemain dari kampung ke kampung hingga ke luar daerah, dan baru pulang sesudah sebulan pertunjukan keliling.
Musik tanjidor yang meramu pengaruh musik India dengan wayang kulitnya, Cina dengan gambang kromongnya, Konghayn, Tehayan, Skong dan tanjidor dari Eropa, hingga unsur Arab dengan unsur rebananya, Melayu dengan sabra-nya, maupun Portugis dengan Kroncong-nya, terdengar bagaikan orkestra. Musik akulturatif yang campur-aduk ini bisa digabung dengan dangdutan.
Adapun “dor”, tak lain karena musik ini penuh dengan bunyi “dar-der-dor.” Mirip lagu mars Eropa.
Maka ketika duet JK-Win bersama rombongan berjalan kaki ke kantor KPU untuk mendaftarkan diri, bulu kuduk saya bergidik. Soalnya, arak-arakan JK-Win itu diiringi oleh musik tanjidor yang mulai menyusut sejak film masuk kampung melalui Panggung Hiburan Rakyat, layar tancap maupun televisi.
Memang, dalam sejarahnya, tanjidor adalah perpaduan musik asli Betawi dengan Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab, sehingga sangat inklusif (terbuka) dan demokratis, seperti halnya pilpres.
Bagi etnik Betawi, segala yang tumbuh dan berkembang di Jakarta adalah kebudayaan Betawi juga. Kesenian Betawi bertumbuh di tengah-tengah rakyat. Spontan, sederhana dan populis.
Perception is reality? Inikah yang hendak ditawarkan JK-Win kepada calon pencontreng pada pilpres nanti? Memang, latar JK yang dari Sulawesi dan Wiranto dari Jawa, melambangkan pluralitas Indonesia, bahkan menyimbolkan nasionalisme, karena Wiranto mantan jenderal TNI dan JK yang pernah menjadi aktivis HMI dan berpaham NU.
Tanjidor juga memadukan seni tradisi dan modern Barat, sehingga Indonesia harus dibangun dengan paradigma perekonomian modern yang bersatu dengan perekonomian ala pasal 33 UUD 1945 yang mengutamakan kesejahteraan rakyat.
Bantar Gebang
Mengapa pula deklarasi duet Mega-Prabowo dilakukan pada 24 Mei 2009 di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat? Boleh jadi, karena duet ini mengidolakan ekonomi kerakyatan, yang terwaris dari Soekarno-Hatta dan pernah dipopulerkan oleh ekonom UGM, almarhum Mubyarto.
Konon, limbah air gunung sampah yang kian menjulang di Bantar Gebang, telah mengalir ke persawahan penduduk sekitar, sehingga persawahan termasuk padinya, sudah berwarna kehijau-hijauan. Kurang bermutu dan rasanya pun kurang enak.
Maklum, TPA sampah Bantar Gebang di areal seluas 125 hektare itu sudah berumur 26 tahun, sejak dibentuk berdasarkan kontrak kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Bekasi. Akibatnya, ribuan penduduk menerima busuknya sampah karena gagal menolak proyek itu.
Ada kesan bahwa Jakarta dengan 6.000 ton lebih sampahnya dibuang ke daerah pingiran. Bayangkan, ada 900 buah truk yang mengangkutnya saban hari, dan tadinya dibuang di TPA Bantar Gerbang, Bekasi, dan TPA Ciangir, Tangerang.
Semula Pemprov DKI Jakarta hendak menutup TPA Bantar Gerbang, dan memindahkannya ke Bojong dengan sistem pengelolaan yang lebih modern. Namun TPA Bojong yang sudah selesai dibangun urung dioperasikan, karena mendapat protes masyarakat setempat. Alhasil, Pemprov DKI Jakarta memperpanjang kontrak kerjasama dengan Pemkot Bekasi, guna memperpanjang penggunaan lokasi TPA Bantar Gerbang.
Okelah diberlakukan dengan teknologi yang mengurangi volume sampah, yakni dengan teknologi sanitary landfill, penguburan sampah setiap ketinggian 2 meter dengan tanah, tapi akan selalu saja belum optimal.
Memang, ada dana kompensasi yang diterima oleh masyarakat sebesar Rp 1,5 miliar per bulan. Namun hanya Rp 700 juta yang dibagikan kepada rakyat senilai Rp 50 ribu saban bulan per KK, dan katanya akan dinaikkan lagi. Sementara sisa separuh lagi digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Bantar Gebang.
Tapi, itu sekaligus membuktikan, inilah pola pembangunan yang berorientasi perkotaan, yang juga menjadi fenomena di banyak daerah di Indonesia. Tema ini tampaknya menjadi pilihan Mega-Parbowo dalam kampanye Pilpres 2009.
Menara Gading
Jika duet SBY-Budiono dideklarasikan di ITB Bandung, sesungguhnya sangat hitoris. Kita ingat, dari kampus inilah muncul Soekarno, Presiden RI pertama. Masih ada pula Jero Wacik, Kusmayanto Kadiman, Rachmat Witoelar, Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Laksamana Sukardi, serta Purnomo Yusgiantoro, Rizal Ramli dan pengusaha Ciputra.
Tapi apa gerangan yang disumbangkan ITB kepada kota Bandung yang dililit kasus sampah? Sontak kita ingat kegeraman Bung Karno yang pernah menyindir kampus sebagai “menara gading” yang terpisah dengan lingkungan sosialnya. Apakah sensitifitas kaum intelektual terhadap persoalan masyarakat makin menipis, misalnya alam kasus longsor di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah dan proses penanganannya?
Kabarnya, Pemko Bandung selalu menggandeng ITB dalam berbagai masalah kota itu, tapi terhambat oleh alasan klasik, yakni keterbatasan dana. Tapi, saya kira, dengan rekayasa APBN dan APBD yang pro-rakyat, kasus itu dan berbagai kasus sejenis di se-antero tanah air, mestilah terjawab. Duet SBY-Boediono, jika memenangkan Pilpres 2009, harus menerapkannya dan tak sekadar wacana belaka.
Jika tak salah, rekayasa APBN demi kemakmuran rakyat adalah tema disertasi SBY meraih gelar S-3 di IPB beberapa tahun silam. Nah, sekaligus ikon “duet intelektual” cocok untuk pasangan yang sama-sama S-3 ini. Boediono malah sekaligus profesor. Semoga saja tak bertipe “menara gading” yang pernah disindir oleh Soekarno.
Pemilihan tempat deklarasi ketiga duet capres-cawapres itu, tak sekadar membangun persepsi. Tapi benar-benar diwujudkan, siapapun yang kelak keluar sebagai the winner dalam Pilpres 2009. Jangan sampai semua itu hanya panggung sandiwara, yang mencuri hati rakyat semata demi meraih kekuasaan. (*)
Residivis Jambret Didor Polisi
INDERALAYA - Residivis kambuhan yang pernah mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir (OI) selama satu tahun, Solihin alias Lihin (28), warga Talang Aur, Kecamatan Inderalaya, OI, kini kembali berbuat ulah.
Kali ini tersangka berusaha menjambret kalung emas seberat 2,5 suku milik Desi Suswanti (26), warga Desa Tanjung Lubuk, Inderalaya, Sabtu (23/5) lalu, sekitar pukul 15.30 WIB di simpang Muara Meranjat, Kecamatan Inderalaya Selatan.
Sialnya, ulah tersangka berhasil digagalkan anggota Unit Buser Polres OI dibawah pimpinan Ipda Herli SH yang kebetulan sedang berpatroli di sekitar tempat kejadian, serta karena berusaha melarikan diri dari kejaran polisi, Solihin terpaksa diberikan sebuah hadiah timah panas di kaki kanannya.
Informasi yang berhasil dihimpun, menyebutkan, peristiwa itu bermula ketika korban bersama adiknya Sri Mulyati sedang mengendarai sepeda motor dari arah Inderalaya ke Kayuagung. Tepat di Simpang Muara Meranjat, korban yang saat itu dibonceng adiknya dan memakai perhiasan kalung emas di lehernya terkejut, karena dari arah belakang muncul tersangka yang mengendarai sepeda motor BG 3487 HM.
Tanpa basa-basi dan memikirkan nasib korban, pelaku langsung menarik kalung tersebut dari leher Desi dan kabur dengan hasil rampasannya. sehingga korbanpun berteriak meminta pertolongan. Untung saja, tak jauh dari lokasi kejadian ada anggota Unit Buser yang berpatroli.
Mendengar teriakan korban, petugas dengan sigap langsung mengejar pelaku penjambretan itu dan saat sampai di Desa Lubuk Sakti, Solihin langsung menjatuhkan kendaraannya untuk meloncat ke persawahan (lebak) agar bisa menghindar dari kejaran polisi.
Melihat pelaku mau kabur, petugas langsung melepaskan tembakan peringatan ke udara sebanyak tiga kali, tetapi hal itu tidak digubris Solihin. Tak ingin buruannya kabur, polisi akhirnya memutuskan menembak kaki kanan tersangka. “Kini pelaku diamankan guna diperiksa lebih lanjut,” tandas Kapolres OI. (ary)
Realisasi Perda Nomor 33 Hanya Isapan Jempol
INDERALAYA - Peraturan Daerah (Perda) Nomor 33 Kabupaten OI tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak kaki empat di wilayah itu, ternyata hanya isapan jempol belaka karena hingga saat ini aturan itu belum berjalan sebagai mana mestinya.
Bahkan, masih banyak hewan-hewan ternak kaki empat yang bebas berkeliaran di tengah jalan. Tak hanya itu, menurut Toni, salah seorang warga Inderalaya Utara, saat dibincangi Ogan Ekspres, kemarin, sangat terganggu dengan adanya hewan-hewan yang bebas berkeliaran tersebut.
Ironisnya, hewan-hewan berkaki empat itu terkadang nekat memasuki halaman intansi pemerintah, seperti gedung DPRD, Polres OI dan Kanwil Departemen Agama setempat. “Hewan itu terkadang membuang kotoran sembarangan, sehingga kami merasa jijik,” katanya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan OI Ir H Noerman Yussalwan, saat dikonfirmasi, kemarin, mengatakan, pihaknya akan segera menindak lanjuti Perda tersebut dengan cara membentuk tim khusus dalam rangka penertiban terhadap hewan ternak berkaki empat yang berkeliaran sembarangan di tempat umum.
Menurut Noerman, penertiban itu akan dilakukan dengan melibatkan Polres OI dan instansi terkait lainnya. Selain itu, pemilik ternak juga akan diberikan sanksi sesuai aturan yang ada.
“Sanksinya berupa berupa teguran tertulis yang ditembuskan kepeda unsur tripika, dinas dan instansi terkait serta Bupati. Apabila surat teguran pertama tidak diindahkan, maka akan dikeluarkan surat teguran lagi,” ungkapnya.
Setelah itu, khusus terhadap hewan peliharaan seperti kucing, anjing, kera dan sejenisnya akan di lakukan eradikasi atau dibunuh secara massa kalau tetap dibiarkan berkeliaran di tempat umum.
Selain sanksi administrasi, katanya menambahkan, ada pula masa tahanan seperti tercantum pada pasal 8 dan 9, yakni masa penahanan terhadap hewan yang tidak dipelihara adalah paling lama 15 hari dan apabila melewati batas waktu yang telah ditentukan, hewan ternak tesebut akan dilelang terbuka. (eka)
3 Pemuja Shabu Terjaring Razia
INDERALAYA - Sial betul nasib tiga pemuda asal 10 Ulu Kertapati Palembang bernama Agus Nugroho (23), Didi Junaidi (26) dan Tajul (23), ketiganya terpaksa harus berurusan dengan pihak Polsek Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir (OI) karena kedapatan membawa shabu-shabu sebanyak 2 bungkus paket hemat seharga Rp 400 ribuan dan 2 buah pirek.
Ketiga pemuda itu diciduk saat aparat Polsek Inderalaya menggelar razia kemandirian, Sabtu (23/5) lalu, sekitar pukul 21.00 WIB di depan Mapolsek setempat.
Kapolres OI AKBP Aman Gane SH melalui Kapolres Inderalaya Iptu Aditya Kurniawan SH, saat dikonfirmasi Ogan Ekspres membenarkan, prihal penangkapan itu. “Tertangkapnya ketiga pemuda itu ketika anggota Polsek Inderalaya menggelar razia kemandirian dan melihat para tersangka sedang menumpangi satu sepeda motor jenis Jupiter dari arah Palembang- Kayuagung,” katanya.
Kebetulan saat disuruh berhenti, salah satu tersangka bernama Agus yang duduk paling belakang terlihat membuang bungkusan kecil ke pinggir jalan raya dan saat di periksa ternyata bungkusan itu adalah shabu-shabu.
Saat digeledah, petugas juga menemukan dua buah pirek di saku pakaian Tajun. Berbekal bukti-bukti itu ketiga tersangka langsung diamankan ke Mapolsek Inderalaya.
Iptu Aditya menambahkan, pihaknya akan rutin menggelar razia untuk menciptakan kondisi yang kondusif di wilayah tersebut, khususnya menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang sebentar lagi dilaksanakan. “Para tersangka terancam hukuman di atas 5 tahun penjara sesuai dengan Undang-undang psikotropika nomor 5 tahun 1997, “ tandas Aditya. (ary)
Korban Tabrak Lari Tewas Mengenaskan
KAYUAGUNG – Seorang pelajar SMP bernama Rusman bin Daud (14), warga Lingkungan IV, No 66, RT 10, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), tewas mengenaskan setelah menjadi korban tabrak lari di atas jembatan di Desa Sukaraja Kampung IV, Kecamatan Pedamaran, Minggu, dini hari.
Peristiwa itu bermula saat korban mengendarai sepeda motor Yamaha Vega R dengan nomor polisi (nopol) BG 5348 KO dengan membonceng temannya, Ahmad Fitra bin Komarudin (25), warga Kelurahan Cinta Raja, Lorong Andi Putra, Kecamatan Kayuagung yang hendak pulang menuju rumahnya.
Sampai di Tempat Kejadian Perkara (TKP), tiba-tiba datang sebuah mobil dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi yang langsung menabrak sepeda motor milik korban.
Tak ayal, motor korban langsung terpental hingga tercebur ke rawa-rawa, karena panik dan dalam keadaan sepi mobil yang menabrak tersebut langsung kabur.
Mengetahui adiknya belum pulang hingga pagi, Apri bin Komarudin (30) yang merupakan kakak dari Ahmad Fitra berusaha mencari, namun sampai di TKP Andi mencurigai pecahan kaca di badan jalan jembatan tersebut.
Setelah dicari, saksi melihat adiknya pingsan di rawa-rawa tersebut, dan korban Rusman tewas mengenaskan dengan kepala berlumuran darah, sedangkan motor korban belum ditemukan.
Andi pun langsung meminta bantuan warga dan melarikan kedua korban ke RSUD Kayuagung, kemudian sekitar pukul 08.00 WIB Andi melaporkan kejadian tersebut ke Pos Polantas Polres OKI.
Mendapati laporan tersebut, Kepala Pos Polantas Polres OKI Aiptu Syakban langsung mendatangi TKP, setelah mencari akhirnya motor korban pun ditemukan.
Aiptu Syakban melalui anggotanya Briptu Edi Firmansyah, saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut dan kini kasus tabrak lari itu sedang diusut lebih lanjut untuk mencari tahu identitas sopir yang menabrak kedua korban.
“Korban Rusman tewas mengenaskan di TKP dengan kondisi kepala pecah dan lecet di bagian pinggang serta tangan kanan, sedangkan korban Ahmad Fitra hanya mengalami luka disekujur tubuhnya,” kata Briptu Edi lagi. (ian)
Cerita Venna, Miing, dan Eko Patrio Menuju Gedung DPR, Ibu-Ibu Protes Tidak Ada Nama Miing
Venna Melinda, Miing Bagito, dan Eko Patrio merupakan tiga di antara 16 artis yang lolos ke Senayan, menjadi anggota DPR. Mereka bercerita tentang kiat jitu meraup dukungan masyarakat dan bertekad siap meninggalkan gemerlapnya dunia selebriti sejak terpilih belum lama ini.
Saat Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 pada 9 Mei lalu, Miing mendapatkan cerita seru tentang konstituennya di dapil Banten I yang mencakup Pandeglang dan Lebak. Seorang ibu tiba-tiba keluar dari bilik suara dengan menunjuk surat suara sambil berteriak, “Aing hayang Miing, euweuh di dieu (Saya mau Miing, ini tidak ada di sini).”
Panitia pengawas pemilu (panwaslu) memberikan penjelasan. Dia menunjukkan bahwa sesungguhnya Miing itu ada. Hanya, namanya Dedi Suwandi Gumelar, nama aslinya. “Tapi, si ibu itu tetap tidak percaya sampai akhirnya dibawa ke sekitar lokasi. Di sana ada poster saya besar. Di bawahnya ada nama asli saya. Baru deh si ibu percaya,” kisah Miing saat ditemui Jawa Pos di Plasa Senayan pekan lalu.
Cerita tersebut dirasa Miing kontras dengan apa yang terjadi kepadanya selama masa kampanye. Pelawak yang melejit bersama grup lawak Bagito itu merasakan bahwa nilai jualnya sebagai selebriti sesungguhnya tidak tinggi lagi.
Terbukti, imbuh dia, selama masa kampanye, dirinya tidak pernah masuk media infotainment dan jarang muncul di TV. “Kayaknya saya sudah nggak menarik untuk dijual, terutama di infotainment,” ucap Miing yang datang bersama dua anaknya, Annisa Qurratuain, 11, dan TB Muammar Khadafi, 9.
Maka, Miing menganalisis dirinya bahwa dalam menghadapi pertempuran di dapilnya sendiri, setidaknya ada lima tantangan. Salah satunya adalah tidak ada nama Miing itu. Aturan memang mengharuskan surat suara mencantumkan nama asli, bukan nama singkat atau alias. “Walaupun saya tidak jual brand Miing, tetap banyak orang mengenal saya sebagai Miing,” terus komedian yang ingin duduk di Komisi II DPR tersebut.
Miing menyatakan, kampanye dilakukannya di luar kategori mainstream. Dia tidak “meninggalkan kesan” pada saat pemilu tinggal menghitung hari. Sebaliknya, dirinya memperkenalkan diri dan memahami masyarakatnya selama delapan bulan. “Sayang sekali saya tidak bawa. Saya ini punya DVD dua seri dokumentasi selama delapan bulan,” ujar pria kelahiran Lebak, Banten, 9 Juli 1958 itu.
Di desa yang merupakan kampung halamannya, Miing kembali menghidupkan saluran irigasi yang sudah tidak berfungsi selama sepuluh tahun. “Selama itu 320 petani di sana menggarap sawah mengandalkan pertanian dari tadah hujan. Saya datang, saya rundingkan dengan mereka, dan saya kerjakan selama dua bulan,” ungkapnya.
Menurut Miing, saat ini sawah seluas 196 hektare di Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, tersebut sudah dialiri air. “Bahkan bisa dipakai untuk tambak budi daya ikan. Yang tadinya hanya panen setahun sekali, sekarang setahun tiga kali. Di 196 hektare sekarang ngocor airnya,” papar Miing lantas tersenyum.
Dia menghindari kampanye dengan uang. “Misalnya kasih mi instan, kasih amplop, itu tidak saya lakukan. Tidak mendidik. Tapi, memang kemudian ada ibu-ibu bilang, ‘Kang Miing, mana uangnya? Si ini si itu kasih uang.’ Saya bilang, itu namanya menyuap,” tegasnya.
Ada cerita lagi. Di salah satu SMP negeri di sana, ada dua kelas yang tidak punya bangku. Siswanya terpaksa duduk di lantai saat belajar. “Saya melihat betul karena saya diundang ceramah Isra Mikraj. Lalu, saya kumpulkan si wali murid dan kepala sekolah. Katanya sudah mengajukan ke diknas, tapi belum ada sumbangan. Nggak seberapa duitnya itu,” tuturnya.
Tapi, lagi-lagi Miing tidak ingin sekadar memberikan uang. Dimintalah setiap wali murid iuran 10 sampai 15 batang paku. Walaupun akhirnya ada yang sampai membawa 0,5 kilogram. “Terus, saya minta yang bisa potong kayu tunjuk tangan. Ada empat orang. Yang bisa menyerut empat orang, ngecat sekian orang. Oke, saya beli papan, kerjain, jadi dua kelas,” paparnya. (gen/tia)
Kawin Lagi, Oknum Polisi Dipolisikan
palembang- Seorang ibu Bhayangkari bernama Lesi (22), warga Jalan Srijaya, Km 6, Kecamata Alang Alang Lebar, melapor ke Polda Sumsel. Pasalnya, suami korban berinisial Bripda DG (28), yang bertugas di Polres OKU Selatan, diduga telah menikah lagi dengan wanita idaman lain (WIL). Peristiwa itu terjadi tahun 2006, di Desa Sugiwaras, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten OKU Selatan.
Korban Lesi merupakan isteri sah dari pelaku Bripda DG dan telah dikaruniai seorang anak perempuan. Kemudian, korban mendapati pelaku telah menikah lagi dengan WIL berinisial As, tanpa seizin korban selaku isteri sah. Bahkan, kabar yang diterima korban, pelaku dengan WIL tersebut sudah mempunyai seorang anak laki-laki. Sebenarnya, korban dan pelaku sudah beberapa kali bermusyawarah, untuk mencari jalan terbaik.
Akan tetapi, pelaku sepertinya memilih un tuk terus bersama isteri keduanya yang diduga dinikahi secara sirih. Bahkan, selama tiga bulan terakhir, pelaku tak lagi memberi nafkah kepada korban dan anak mereka. Tak terima perbuatan pelaku, akhirnya korban melaporkan kasusnya ke Mapolda Sumsel. Kabidhumas Polda Sumsel Kombes Pol Drs Abdul Ghafur, didampingi Dirreskrim Kombes Pol Drs Artsianto Darmawan, saat dikonfirmasi membenarkan adanya laporan korban. "Kasusnya sedang kita selidiki kebenarannya. Jika memang terbukti, maka pelaku selain dikenakan sanksi disiplin, juga bisa dikenakan sanksi pidana. Namun, untuk saat ini kita masih menganut azas praduga tak bersalah terlebih dahulu," ujar Ghafur. (sam)
5 Oknum Aparat "Nakal" Terjaring Razia
Palembang- Lima anggota terdiri dari tiga oknum TNI dan dua Polri, terjaring dalam razia gabungan antara POM AD, POM AU dan POM AL serta Propam Poltabes Palembang, yang dilaksanakan Sabtu (23/05), mulai pukul 21.30 WIB. Setidaknya ada beberapa tempat hiburan malam terkenal dirazia oleh tim gabungan yang berjumlah sekitar 70 personil dipimpin oleh Pasi Hartib Denpom II/IV Palembang Kapten CPM Dadang tersebut.
Pantauan Ogan Ekspres, usai mengadakan apel di Markas Denpom II/IV Palembang, tim gabungan yang menggunakan sebuah truk TNI dan beberapa mobil dinas dan pribadi ini, per tama kali menuju sebuah tempat hiburan terkenal yang ada di Jalan Soekarno Hatta. Di sini, tim gabungan langsung melakukan pemeriksaan satu persatu ruangan disana. Dari sana, tim gabungan menuju sebuah tempat hiburan malam di Jalan Palembang-Betung, KM 11 Palembang.
Dari situ, baru menuju beberapa tempat hiburan yang ada di kawasan simpang Sekip, yang dilanjutkan dengan mendatangi kembali tempat hiburan terkenal di Jalan Soekarno Hatta. Dalam razia pertama ini, tim gabungan berhasil mengamankan tiga oknum TNI yang berada ditempat hiburan malam yang terletak di Jalan Palembang-Betung, KM 11, Palembang. Selesai melaksanakan rzia pertama, tim gabungan kembali ke markas Denpom II/IV Palembang, untuk berkoordinasi lebih lanjut.
Setelah sempat istirahat sejenak, tim gabungan kembali melaksanakan razia. Sasarannya kali ini sebuah tempat hiburan malam terkenal yang ada di Jalan R Soekamto. Disini, tim gabungan mengamankan seorang oknum polisi. Razia dilanjutkan menuju tempat hiburan malam terkenal di Jalan Kolonel Atmo dan kembali mengamankan seorang oknum polisi. Razia kembali diulangi dengan mendatangi tempat hiburan malam terkenal di Jalan R Soekamto.
Dandenpom II/IV Palembang Letkol CPM S Waskito, didampingi Pasi Hartib Kapten CPM Dadang, saat ditemui wartawan usai razia mengatakan kalau razia yang dilakukan merupakan kegiatan rutin. ìSama seperti yang kita lakukan sebelumnya, yakni untuk mengawasi anggota TNI-Polri yang nakal dan diduga sering ke tempat hiburan malam. Ini juga kita lakukan dalam rangka membantu atasan kesatuan TNI-Polri mencegah terjadinya aksi dari anggota TNI-Polri. Yang utama, kita mengantisipasi jangan sampai ada kejadian lagi, seperti yang terjadi beberapa hari kemarin,î ujarnya.
Dijelaskan Waskito, dalam razia ini pihaknya mengamankan dua orang oknum polisi. ìKedua oknum polisi itu sudah kita serahkan ke Propam Poltabes, untuk pengusutan kasusnya. Kalau mau jelasnya silahkan tanya ke Poltabes," jelasnya. Disinggung mengenai adanya tiga oknum TNI yang diamankan di tempat hiburan di KM 11, Waskito mengaku memang ada pihaknya mengamankan tiga orang diduga TNI. "Kalau memang terbukti, maka ketiganya akan kita proses sesuai dengan hokum yang berlaku," tukasnya. (sam)
PKPB Ajukan Gugatan Pemilu ke MK
KAYUAGUNG - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), mengajukan gugatan pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK) di Jakarta, karena merasa tidak puas dengan hasil penghitungan suara yang dilakukan KPUD setempat.
Ketua DPD PKPB OKI Khairul Saleh, di Kayuagung, Jumat (22/5) lalu, menjelaskan, gugatan tersebut saat ini sudah masuk ke MK dan rencananya sidang pertama akan digelar pada 25 Mei 2009 nanti di Jakarta.
Khairul membeberkan, gugatan ke MK tersebut diajukan karena PKPB OKI merasa tidak puas dengan perolehan suara partai tersebut di Daerah Pemilihan (Dapil) V, khususnya di Desa Sungai Ceper, Kecamatan Sungai Menang.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan saksi, menurut Khairul, PKPB OKI berhasil meraih dukungan sebanyak 1.773 suara di Desa Sungai Ceper, tetapi tiba-tiba saat dicek di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) setempat perolehan suara itu berkurang menjadi 548 suara.
Merasa ada kecurangan, lanjut Khairul, saksi PKPB OKI yang ditugaskan memantau pelaksanaan pemilihan dan penghitungan suara di Desa Sungai Ceper langsung melakukan protes kepada PPK Sungai Menang, tetapi tidak ditanggapi.
Selanjutnya, saksi PKPB OKI kembali mengajukan nota keberatan ke KPUD setempat, saat rapat pleno penghitungan suara, tetapi lagi-lagi protes tersebut tidak ditanggapi sama sekali dengan berbagai alasan yang kurang logis.
Tak terima diperlakukan semena-mena, akhirnya PKPB OKI pada 10 Mei 2009 lalu mengajukan gugatan ke MK dengan harapan proses pemilihan dan penghitungan suara di Desa Sungai Ceper bisa diulang.
Berdasarkan laporan saksi, total dukungan yang diperoleh PKPB OKI di Dapil V yang meliputi Kecamatan Sungai Menang, Cengal, Mesuji Raya dan Mesuji Makmur adalah 4.688 suara, tetapi saat pleno di KPUD OKI berkurang menjadi 3.515 suara.
Jika mengacu pada laporan saksi plus bukti-bukti yang ada, kata Khairul menambahkan, PKPB OKI seharusnya memperoleh satu kursi di Dapil V, tetapi gara-gara perolehan suara diduga dikurangi jatah itu akhirnya sirna. (eko)
4 Kawanan Jambret Diciduk
Palembang,- Empat tersangka penjambret pemula, dua diantaranya berstatus pelajar diciduk Unit Reskrim Polsekta Seberang Ulu (SU) I pimpinan Ipda Nanang Supriyatna SH. Keempat tersangka itu Andre (17), pelajar kelas II SMA, wrga Jalan Ogan, Kelurahan Bukit Besar, Alfa (16), pelajar kelas II SMA, warga Jalan Irigasi, Lorong Sehat, RT 54, Kecamatan Alang Alang Lebar, Siberani (22), warga Jalan Ogan, Kelurahan Bukit Besar dan Devi Apriadi (17), wrga Jalan Macan Lindungan, Lorong Macan Tutul, Kelurahan Bukit Baru.
Dari keempat tersangka disita barang bukti berupa sepeda motor Yamaha Mio Nopol BG 8995 UG yang digunakan menjambret dan Hp Titan milik korbannya bernama Fitri Srihartati Dewi (13), pelajar, warga Perum Amin Mulia, Blok A-12, Kelurahan 15 Ulu. Para tersangka ditangkap Sabtu (23/05), sekitar pukul 22.30 WIB, di kediaman tersangka Andre. Bahkan, selain menangkap ke empatnya, polisi juga meringkus dua teman para tersangka yang diduga ikut terlibat, masing-masing bernama Alirio dan Harnoko.
Penangkapan para tersangka bermula dari polisi menerima laporan korban, yang mengaku dijambret oleh para tersangka, pada Rabu (20/05), sekitar pukul 20.30 WIB, di depan kantor PLN, yang terletak di Jalan GHA Bastari, Kelurahan Silaberanti. Malam itu, korban sedang mengendarai sepeda motor melintas di TKP. Tiba-tiba korban dipepet oleh para tersangka, yang juga mengendarai sepeda motor. Lantas, salah satu tersangka langsung memegang dan menarik Hp yang ada di tangan kiri korban.
Akibatnya, korban kehilangan Hp Titan seharga Rp1,6 juta. Usai merampas Hp korban, para tersangka langsung kabur kea rah jembatan ampere. Menindaklanjuti laporan itu, Tim Reskrim Polsekta SU I pimpinan Ipda Nanang Supriyatna SH, langsung melakukan penyelidikan kasusnya dan mengejar para tersangkanya. Hanya butuh waktu beberapa hari saja, polisi sudah mendapatkan identitas para tersangkanya. Akhirnya, polisi melakukan penggerebekan dikediaman tersangka Andre.
Alhasil, keempat tersangka dapat dibekuk polisi bersama dengan dua teman mereka lagi, yang diduga ikut terlibat. Selanjutnya, para tersangka beserta barang bukti berupa Hp Titan milik korban digelandang polisi ke Mapolsekta SU I. dihadapan polisi, para tersangka mengakui perbuatannya.
Menurut ke empat tersangka, Hp milik korban itu belum sempat mereka jual dan masih disimpan tersangka Andre. Kapoltabes Palembang Kombes Pol Drs Luki Hermawan MSi, melalui Kapolsekta SU I AKP Djoko Julianto SIk, saat dikonfirmasi membenarkan adanya penangkapan keempat tersangka penjambretan tersebut.
"Kini keempat tersangka beserta barang bukti sudah kita amankan, guna pengusutan kasusnya lebih lanjut. Kita juga sedang mendalami dua teman ke empat tersangka, yang diduga juga terlibat dalam aksi penjambretan. Soalnya, kita menduga para tersangka ini merupakan komplotan jambreta yang sudah sangat meresahkan khususnya diwilayah Jakabaring dan sekitarnya," ujar Djoko. (sam)
Remas Pantat Pengunjung Ip, Pemuda Digiring ke Sel
Palembang- Ulah iseng Reno (16), warga Jalan Mayzen, Lorong Ampera, RT 04, Kelurahan Sungai Batang, Kecamatan Kalidoni, harus berurusan dengan pihak Poltabes Palembang. Reno ditangkap satpam Internasional Plaza (IP), setelah meremas pantat seorang pengunjung IP berinisial Cha (14), seorang pelajar, warga Jalan Puncak Sekuning, RT 17/05, Kelurahan Lorok Pakjo.
Tersangka ditangkap kemarin, sekitar pukul 15.20 WIB, sesaat setelah dirinya beraksi, di depan ruang karaoke lantai V IP yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang. Siang itu, korban bersama temannya Novi (17), sedang menukar koin untuk main game di TKP. Lalu, korban dan temannya bertemu dengan tersangka. Tanpa sebab yang jelas, tersangka langsung meremas dan memegang pantat korban.
Karuan saja, aksi tersangka membuat korban menjadi marah. Namun sayang, mengetahui korban marah, malah tersangka menjadi emosi dan langsung mencekik leher korban, sembari menyuruh korban turun dari IP. Tak terima perbuatan tersangka, korbanpun melaporkan kejadian itu ke pihak Satpam IP, hingga tersangka Reno dapat ditangkap dilokasi kejadian. Selanjutnya, tersangka Reno diserahkan pihak Satpam IP ke Mapoltabes Palembang, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dihadapan polisi, tersangka Reno mengaku iseng mencolek pantat korban, karena menganggap antara dirinya dan korban sudah saling kenal. ìAku Cuma penesan bae, kareno aku kenal dengan korban itu 17 Agustus 2008 lalu di pasar Kuto. Aku baru sekali tulah ngelakukennyo dan bukan bemaksud jahat dengan korban itu. Aku ni cuma tamat SD dan begawe jual iwak melok bapak. Aku idak nyangko kalo korban itu marah waktu aku colek dan pegang pantatnyo,î elak tersangka Reno.Kasatreskrim Poltabes Palembang Kompol Kristovo Arianto SIk, saat dikonfirmasi membenarkan adanya penyerahan tersangka oleh pihak satpam IP dan korbannya tersebut. (sam)
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2009
(26)
-
▼
Mei
(17)
-
▼
Mei 24
(12)
- Tanpa judul
- Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
- Residivis Jambret Didor Polisi
- Realisasi Perda Nomor 33 Hanya Isapan Jempol
- 3 Pemuja Shabu Terjaring Razia
- Korban Tabrak Lari Tewas Mengenaskan
- Cerita Venna, Miing, dan Eko Patrio Menuju Gedung ...
- Kawin Lagi, Oknum Polisi Dipolisikan
- 5 Oknum Aparat "Nakal" Terjaring Razia
- PKPB Ajukan Gugatan Pemilu ke MK
- 4 Kawanan Jambret Diciduk
- Remas Pantat Pengunjung Ip, Pemuda Digiring ke Sel
-
▼
Mei 24
(12)
-
▼
Mei
(17)